Minggu, 06 Maret 2016

bandara saksi bisu

bandara saksi bisu.
Terakhir ku cium keningmu.
Dengan sedikit air mata di pipiku.

Ku pikir itu perpisahan sementara.
Tak kusangka begini akhirnya.

Waktu itu.
Ketulusan yang ada di setiap aliran darahku.
Dengan kata aku cinta kamu.
Hati hati.
Sebagai kata perpisahan.

masih ku kunci erat mulut ku tentang aibmu. Dari keluargaku.
Perpisahan yang tak pernah aku inginkan.Tapi harus ku lakukan.

Bandara yang masih bisu.
Masih jadi saksi tulusku.
Yang kau ingkari dengan kebohonganmu.
Entah.
Setiap kali aku membaca kata setia.
yang terlintas adalah kamu.
Bagaimana kau bisa katakan setia
sedangkan cintamu penuh kepalsuan.

Menurutku. Tak ada cinta yang bodoh
Tak ada cinta yang bisa berdusta apalagi dengan cara berbohong.
Cintamu penuh keraguan.
Lalu kau sebut setia.
Bagaimana cinta bisa tulus jika kau hanya menanamkan benih kepalsuan.

Kau bilang.
aku setia. Kau yang menyia nyiakan.

cinta seperti apa yang ingin kembali terluka?
Tidak ada!
semua cinta ingin bahagia.
Terutama aku. Yang kau tipu dengan segala dusta.
Lalu kau bilang. Aku bohong. Jika aku memang cinta aku akan bertahan dengan menerima kekuranganmu.

Cinta yang seperti apa? yang rela kembali jika sudah tau cinta itu hanya membuat luka.
Cukup dulu, aku punya cinta bukan untuk kau sakiti.
Lukaku belum sembuh lalu kau buat luka baru lagi.
Maaf. Aku percaya. Rasa yang pernah ada dan hilang. Jika kembali rasanya tak akan sama.
itulah alasanku. Kenapa aku harus pergi dengan saksi bandara yang tak ingin berbicara. Karena bandara bisu. Dan bandara hanya saksi. Dimana cinta tulusku yang kita sangka. Maksudku yang aku sangka hanya sementara pergi. Kini harus pergi selamanya.
Luka yang aku terima.
Aku telan dengan lahapnya.
Agar berlalu dan pergi.
Buat ku sulit. Mungkin menurutmu tidak.
Untukku mempercayai seorang wanita lagi. Cukup membuatku jera.
Karena ulahmu.

Wanita yang aku harapkan jadi yang terakhir dalam hidup ku. Ujungnya berpisah jua.

Sydney malam ini.
Aku terpaku memandang langit dan laut.
Terpancar sinar banyak di langit.
Aku hanya bisa terpaku.
Melihat bulan yg seakan tau aku pilu.
Dia tak ingin terang.
Kalah dengan bintang.
Aku mau tanya sama siapa?
Mereka juga bisu.
Sama seperti bandara soekarno hatta pada tanggal 28 september 2015 itu.
Mereka cuma bisa menyaksikan.
Betapa perih hati yang aku rasa.
Ketika aku tau kau pembuat nya.
Kau diam seribu bahasa. Setelah mengetik kata maaf di chat terakhir kita.

Aku juga diam.
Aku hanya berpikir.
Kenapa harus aku?
Kenapa bisa?
Aku yang tulus.
Aku yang terluka.

Apa cinta harus begini?
Semua nya penuh drama.
Disaat aku benar benar benar mencintai seorang wanita.
Malah wanita itu pembuat luka baru.

Ku ulang lagi pola fikirku.
Aku tidak sedang mabok waktu itu.
Aku pandangi lagi langit itu.
Lalu aku cuma bisa berkata dalam hati.
Apa benar kau setega itu?
Memalsukan segalanya.
Lalu kau bilang aku mencintaimu mass,Makanya aku lakukan itu.
Harusnya aku jawab begini waktu itu"iya cinta itu memang bohong"

Kau pintar
Aku bodoh
Ohh tidak. Ahh apa benar?
Iya mungkin aku yang bodoh salah menaruh kepercayaan.

ahhh aku meracau.
Masih tak percaya.

Kau merengek dengan kata maaf
Agar aku segera memaafkanmu.
Sebenarnya aku sudah memaafkanmu.
Tapi aku tak bisa memaafkan cintaku.
Cintaku yang salah. Bukan kamu.
Cintaku salah. Salah tujuan. Harus kepada siapa dia mencinta.

Jadi aku pergi.
Alasannya.
Cintaku pergi,Untuk menemukan wanita yg tepat untuk di cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar